Anak-anakku, cucu-cucuku yang kucintai, kini mari kita pergi menengok sebuah kolam.Dimana pun jatuhnya hujan, airnya akan mengalir ke bawah dan terkumpul pada tempat-tempat yang kosong atau rendah di bumi, membentuk kolam-kolam. Demikianlah, dengan cara yang mirip, rahmat Tuhan mengisi kolam hati. Sebuah ruang-kosong secara alami terbentuk di dalam diri kita sewaktu kita dijadikan. Ia terbentuk dari kepercayaan dan keyakinan yang ajeg dari orang-tua dan penghulu-penghulu kita, dan dari hubungan mereka yang terus-menerus dengan sifat-sifat dan af’al (tindakan-tindakan) Tuhan. Rahmat Tuhan adalah air-segar yang terkumpul dalam ruang-kosong alami ini yang kemudian dapat memberikan mashlahat bagi semua kehidupan.
Anak-anakku semua, sekali pun secara alami engkau mungkin memiliki ruang-kosong seperti ini, sangatlah perlu untuk berada dibawah panduan dari seseorang yang memiliki hikmah, seorang mursyid sejati, seorang ayah yang akan mengajarimu bagaimana mendapatkan pasokan air-segar secara kontinyu. Dan seandainya saja engkau tidak memiliki ruang-kosong itu, maka dia akan memperlihatkan kepadamu bagaimana cara membuatnya. Dia akan menunjukkan dimana lahan yang cocok untuk dibangunnya kolam seperti itu.
Dia akan memilihkan suatu tempat di lubuk-kalbumu, dimana telah terbentuk suatu cikal-bakal tepian yang meninggi pada sisi-sisinya dan awal dari suatu lubang di tengah-tengahnya. Kemudian sang ayah akan mengajarimu bagaimana membangun dinding-dinding penopang di sekitarnya agar air dapat terkumpul.
Dengan apakah dinding-dinding kolam dibangun? Dengan keyakinan, kepastian, determinasi yang dikenal sebagai iman; dengan upaya, kewaspadaan, konsentrasi, dan sifat-sifat dari Tuhan. Inilah bahan-bahan yang akan mengokohkan dinding-dinding itu. Engkau haruslah membangun kolam ini dengan bahan-baku dari Tuhan. Persiapkanlah kolam ini di lubuk-kalbumu sehingga air keagungan dapat terkumpul di sana ketika rahmat dari keadilan Tuhan, rahmat dari sifat, af’al dan tugas-Nya, rahmat dari ilmu ilahiah ‘ilm dari-Nya, sungai madu dan sungai susu mengalir masuk. Kolam itu haruslah kuat agar semua air itu dapat tertampung.
“Anak-anakku,” sang Mursyid akan memperingatkanmu, “apabila engkau tidak membangun dinding-dinding ini dan memperkuat kolammu, maka badai, topan, banjir dan gempa-bumi akan meruntuhkanya.” Dan ketika kekuatan-kekuatan penghancur ini tengah menyerangmu, sang Mursyid akan memusatkan perhatiannya kepadamu, dan berkata, “Engkau harus memiliki determinasi!
Engkau harus berdiri kukuh! Tambahkanlah lebih banyak lagi cinta dan kasih-sayang Tuhan untuk memperkuat dinding-dinding kolam. Berikanlah semua pertanggung-jawaban kepada Dia yang memang bertugas memikul tanggung-jawab. Karena badai tengah menjelang, perkuatlah kolam itu. Perkuatlah sifat-sifat baikmu!”
Dinding-dinding kolam boleh-jadi mengalami guncangan yang hebat ketika topan dari lima unsur, gelombang waham, turbulensi syahwat dan godaan pikiran menyerbu dirimu. Keselamatan kolammu terancam oleh egoisme, kecemburuan, dendam, pengkhianatan, perbuatan jahat, pembunuhan, pembalasan, keraguan, iri-hati, kemunafikan, fitnah, gairah, kepalsuan, pencurian, dan sedemikian banyak kejahatan lainnya. Setiap sifat syaithan akan menyerbu ke arahmu: kepada jiwamu, kebenaran, pengabdianmu kepada Tuhan dan keagungan-Nya, dan kepada susu dari kebijaksanaan yang terbangunkan, atau gnanam. Sang Mursyid akan mengusir kejahatan-kejahatan agar hal-hal yang baik dapat diselamatkan. Dia akan bersikap keras kepadamu dalam saat-saat yang penuh bahaya, karena dia mengetahui bahwa semua yang dapat menghancurkanmu tengah menjelang dengan pesatnya. Dia akan mengecam keterikatan-keterikatan yang mencancang pikiran dan kehendakmu, nasab-mu, segala macam keterkaitanmu kepada agamamu,
suku-bangsamu, dan keluargamu. Pada saat seperti itu, seolah-olah ayahanda-hikmahmu itu melukaimu. Boleh-jadi dia memelototimu; atau menghukummu dengan kebijaksanaannya – akan tetapi, sama sekali dia tidak sedang berusaha mencederaimu. Dia tengah menghancurkan kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha menelanmu. Pada mulanya, tindakan-tindakan sang mursyid boleh-jadi terasa
menyakitkan, akan tetapi apabila engkau tabah menerimanya – akan engkau pahami bahwa itulah yang terbaik bagimu.
Apabila engkau tetap bersabar, maka ketika kemudian engkau meninjaunya kembali, akan engkau lihat segala sesuatu yang akan membunuhmu terbaring tewas di sekitarmu. Akan engkau lihat bangkai-bangkai anjing, harimau, singa dan beruang yang semula datang untuk membunuhmu. Akan engkau lihat pula berbagai macam makhluk kegelapan yang berbahaya yang datang untuk menggagalkan kelahiranmu ke tingkatan yang lebih-tinggi.
Jika engkau menyimpang ke arah yang mana saja dari mereka ini, mereka akan menghancurkanmu. Itulah sebabnya, engkau harus memiliki keyakinan kepada Tuhan dan kepada Mursyidmu. Itulah sebabnya mengapa engkau harus menyerahkan pertanggung-jawaban itu kepada Mursyidmu. Ia membuatmu membangun kolam itu untuk melindungi hidupmu, jiwamu, tugas-tugasmu, dan tindakan-tindakanmu, untuk mencegah agar mereka itu tidak hancur berantakan. Kebijaksanaan itu haruslah menghantam tanah dan batu agar mereka itu menjadi padat. Dan sementara kebijaksanaan itu tengah menghantammu, setiap bagian dari dirimu haruslah tegar dalam shabar, syukur, tawakal dan tahmid. Ketika engkau dalam kesakitan berpalinglah kepada keyakinan, kepastian dan determinasi. Barulah kemudian engkau memiliki kekuatan untuk menerima hantaman tersebut.
Seandainya saja, engkau malahan mengeluh, “Alangkah sakitnya!” dan melarikan diri dari kekayaan kolam itu, dari kekayaan saling tolong-menolong sesamamu, maka sang Mursyid akan memberitahukan kepadamu, “Jika engkau memiliki kebijaksanaan, engkau akan kembali. Akan tetapi jika kejahilan bertahan pada dirimu, maka engkau akan pergi dan tidak akan pernah kembali.”
Inilah yang akan dikatakan sang Mursyid kepadamu. Jika engkau bertahan dengan kukuh, engkau akan berada di dalam sang Mursyid, Dia akan berada di dalam dirimu, dan Tuhan akan berada di dalam dirimu berdua. Kolammu akan dipenuhi madu keagungan dan susu gnanam yang dapat memberi makan semua kehidupan, menghilangkan dahaga mereka, dan memuaskan kelaparan dari jiwa mereka, hidup mereka, perut mereka, karma mereka, dan ilusi mereka. Engkau akan mengetahui bagaimana caranya mengusir semua yang buruk-buruk, dan hanya mengambil hanya yang baik-baik saja. Engkau akan menjadi seseorang yang Tuhan pelihara, tinggal di dalam Kerajaan-Nya dengan sifat-sifat-Nya. Dalam alam jiwa, dalam alam ini, dan dalam kerajaan Tuhan, engkau akan menjadi yang Dia pelihara, hidup bersama dengan khazanah-Nya. Untuk keperluan inilah, anakku yang kucintai, sang Mursyid akan membentuk kolam kebijaksanaan-yang-dibangunkan, kolam gnaman, di dalam kalbumu.
Segala sesuatu yang menyerang dan mencoba meremukkan hatimu akan dihancurkan oleh panah tajam kebijaksanaan sang Mursyid. Agar panah itu dapat dapat menghancurkan mereka yang datang menyerangmu, haruslah panah itu memasuki hatimu. Seakan-akan tampaknya panah itu menembus hatimu, akan tetapi sesungguhnya yang dibunuhnya adalah sifat-sifat buruk tersebut. Panah itu tidak akan membunuhmu. Boleh-jadi panah itu akan mengusapmu ketika ia melesat-lewat; tetapi ia hanya akan membunuh musuhmu dan musuh Tuhan.
Janganlah sampai terlintas dalam pikiranmu bahwa terdapat permusuhan antara dirimu dan ayahandamu. Ayahandamu itu hanya menyerang kejahatan yang memisahkanmu dengan Tuhan. Dia berupaya untuk menyelamatkan kesatuan itu. Cucu-cucuku yang tersayang, renungkanlah hal ini dan bangunlah sebuah kolam kebijaksanaan sehingga semua orang dapat minum dari keagungannya, menghilangkan dahaga mereka, dan mencuci bersih debu kotoran mereka. Semua yang melakukan ini akan mendapatkan khazanah kekayaan Tuhan yang memberikan ketenteraman kepada jiwa.
Cucu-cucuku tersayang, semoga Tuhan menolongmu memperkuat dinding-dinding kolam kalbumu. Amin.
No comments:
Post a Comment