Powered By Blogger

Tuesday, October 12, 2010

Bercermin Melalui Telapak Tangan



“Cobalah buka telapak tangan kanan anda, lalu hadapkan ke raut wajah anda, kemudian tatap diri anda pada bidang telapak tangan layaknya sedang bercermin.”

Anda akan dapati bahwa telapak tangan anda terdiri dari lima jari: Jempol (ibu jari) yang mengarah ke atas (vertical), kemudian Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis, dan Kelingking yang keempatnya mengarah ke depan (horizontal). Ibu jari/jempol yang mengarah ke atas merupakan elemen penghubung (connecting element), yang artinya adalah keyakinan yang mengkristal dalam wujud keimanan. Sedangkan empat perangkat lainnya yang mengarah ke depan (horizontal) mengisyaratkan fungsi empat perangkat penyelenggara (Operator Instrument). Fungsi perangkat penyelenggara tersebut berguna dalam hubungan antar makhluk (mualamallah) dalam mengisi kehidupannya.

Sampai di sini anda pasti bertanya-tanya, apa yang istimewa dari “hanya” sebuah telapak tangan? Oke, kita mulai ‘preteli’ maksud dibaliknya.

1. Jempol (Ibu Jari)
Kenapa jempol disebut sebagai ibu jari?. Karena seorang anak lebih memerlukan seorang ibu dari pada ayah. Sebagai seorang anak –anda dan saya- pernah dikandung, dilahirkan, dan disusui oleh ibu bukan oleh ayah. Sikap keibuan adalah wujud kasih sayang dan kepedulian. Posisi seorang ibu menyimpan tanggung jawab mengasuh, membimbing, mendidik, dan mengarahkan anak-anak yang dilahirkannya. Kehadiran seorang ayah juga perlu, namun keberadaan sang ibu tetap paling perlu.
Kenapa jempol bentuknya lebih besar namun lebih pendek dari ke-empat jari lainnya?. Besar adalah cermin kekuatan dan kekokohan. Pendek adalah cermin kelugasan dan ketegasan (baca: panjang cenderung tidak lurus, ngawur dan terkadang ngelantur). Seorang ibu perlu kuat dalam memelihara anak-anaknya. Seorang ibu perlu kokoh dalam keyakinan, agar tak ragu dalam mengarahkan. Seorang ibu perlu lugas dalam kelembutan dan tegas dalam kasih sayang. Sebagai ibu, ia mengarahkan dengan keyakinannya, membimbing dengan keteguhannya, menopang dengan kekokohannya dan mengasuh dengan keluwesan geraknya. Ingat, telapak tangan anda akan sulit memegang sesuatu tanpa keterlibatan ibu jari.
Bagai seorang ibu, walau pendek jempol anda mampu menjangkau setiap ujung dari ke-empat jari (sebagai anak) untuk membimbing dan memberikan arahannya – ia lembut dan luwes. Ibu jari mengisyaratkan keyakinan/keimanan manusia. Pada cermin telapak tangan (lihat gambar), ibu jari mengarah ke atas. Ini mengisyaratkan ‘hubungan transendensi (transcendency relationship)’ antara ‘insan’ dengan ‘Tuhan’. Hubungan transendensi adalah hubungan hakiki yang mengkaitkan makhluk (creature) dengan Penciptanya (Creator), antara Pemilik dan yang dimiliki-Nya. Hubungan transendensi adalah hubungan ke-tauhid-an. Ibu jari adalah representasi dari ‘keyakinan’ (belief).

2. Telunjuk (Point Finger/index finger)
Kenapa jari sesudah jempol disebut sebagai Telunjuk?. Telunjuk adalah representasi dari hati. Karena di dalam hatilah petunjuk ditempatkan. Orang yang mendapat ‘hidayah’ adalah orang yang ‘hati’nya menerima cahaya atau petunjuk dari Allah. Sesungguhnya hakekat petunjuk tidak melekat di dalam otak atau pikiran, melainkan tertanam di dalam hati. Hidayah adalah cahaya Ilahi yang ditempatkan di dalam hati.
Orang bijak mengatakan, dengan pikiran kita mendapatkan ‘pengetahuan’, dengan hati kita menerima ‘pemahaman’. Artinya, dengan pikiran anda dapat mempelajari “science (ilmu-pengetahuan)”, dengan hati anda mampu mengikuti “guidance (petunjuk)”. Petunjuk inilah yang akan mengarahkan anda menjalani hidup dengan kemudahan, hingga tiba di tempat tujuan dengan selamat dan sejahtera. Jadi sebutan ‘point finger’ untuk telunjuk dimaksudkan sebagai jari yang mengarahkan pada tujuan. Sedang sebutan ‘index finger’ adalah jari yang berguna sebagai pedoman (index). Bukankah secara naluriah ketika anda menunjukkan sesuatu kepada orang lain, maka telunjuk anda yang berperan?.

3. Jari Tengah
Kenapa jari-tengah bentuknya paling panjang?. “Jari tengah mengisyaratkan ‘jiwa’ anda. Ia paling panjang karena jiwa anda lebih awal disiapkan sebelum jasad anda diciptakan. Jadi jiwa anda diberikan kesempatan hidup lebih lama dari pada jasad anda. Jiwa mengalir dalam hati, jasad dan pikiran anda. Jiwa yang dalam bahasa Arab disebut ‘nafs’ atau nafsu yang mewarnai sifat dan perilaku manusia.

4. Jari Manis
Bagaimana dengan Jari-manis (Ring Finger)?. Jari manis meng-isyaratkan tubuh atau jasad manusia. Dengan tubuh kita bergerak dan melalui tubuh pula kita berbuat. Fungsi jasad adalah perangkat untuk berbuat, bertindak dan berlaku. Aktivitas jasad identik dengan kesehatan. Jasad yang sehat menyimpan potensi untuk melakukan berbagai aktifitas. Kesehatan jasad inilah yang oleh banyak orang sering ditempatkan sebagai ‘harta’ yang tak ternilai.
Jasad adalah bentuk fisik (physical appearance) jiwa manusia. Layaknya benda fisik, jasad dapat tumbuh seiring waktu, bisa rusak karena salah perlakuan dan lapuk karena usia. Karenanya jasad dijaga dari cuaca dengan pakaian, dirawat dengan mandi dan sikat gigi, dipelihara dengan tidur cukup dan diberi makanan atau nitrisi yang bergizi serta dilatih dengan berolahraga. Bahkan jasad sering diperindah, dipercantik, dan dipermanis dengan perhiasan. Inilah yang menjadi alasan kenapa jari keempat disebut Jari-Manis atau Ring Finger. Bukankah biasanya ‘cincin (ring)’ dikenakan sebagai hiasan pada jari ini?.

5. Kelingking
Bagaimana dengan jari kelingking?. Jari kelingking (little Finger) mengisyaratkan pikiran manusia. Pikiran adalah alat untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dengan pikiran, manusia dapat membedakan mana yang ‘benar-benar salah’ dan mana yang ‘salah benar-benar’. Inilah rasionalitas. Namun kemampuan pikiran juga terbatas, karenanya pikiran sering bias (berselisih) dalam membangun kebenaran. Pikiran manusia tak mampu menjangkau kebenaran hakiki yang hanya dapat diselami oleh hati yang suci atas gerakan jiwa yang fitri.

Pikiran yang dalam bahasa inggrisnya ‘mind’ dibangun oleh otak yang terletak di dalam tempurung kepala manusia. Andrew Newberg.M.D dan Eugene D’Auili M.D. dalam bukunya “Brain Science & The Biology of Belief” mengatakan bahwa “Brain Makes the Mind (Otak Membangun pikiran)’. Otak adalah kumpulan struktur fisik syaraf neurologis yang menggabungkan dan melakukan proses ‘sensoris’ dan ‘motoris’ yang bekerja mengikuti fenomena ‘kognitif (cognitions)’, ‘sensasi (sensation)’ ‘emosi (emotion)’ terhadap setiap data yang masuk melalui panca-indera. Sedang pikiran (mind) adalah hasil dari proses pembentukan ‘persepsi (perception)’ atas dasar ‘penalaran (intellectual activity), ingatan (memory) dan emosi (emotion)’ yang terjadi di dalam otak itu sendiri.

Oleh Andrew Newberg M.D dikatakan bahwa pikiran adalah hasil proses ‘neurologis’ dari interaksi ratusan ribu saraf (neuron) yang terjadi di dalam otak manusia. Jadi, otak bukanlah kekuatan dan otak itu sendiri sesungguhnya tidaklah memiliki kekuatan, namun otak hanya menyimpan ‘potensi kekuatan’. “Brain is not power and brain does not have power, but brain is powered”.

Setelah mengetahui, menyimak, dan merenungi telapak-tangan seperti diuraikan di atas, lalu pertanyaannya kemudian adalah: “untuk apa kita meneliti, menyimak, dan merenungi telapak tangan kita ini?”. Untuk bersama-sama mengambil hikmah sesuatu yang tersirat sebagai “isyarat”. Sebuah isyarat yang terkandung di balik penciptaan telapak tangan kita. Dengan menemukan hikmah kita akan dapat mendapatkan manfaat, dengan merasakan manfaat kita akan mampu bersyukur. Bersyukur atas penciptaan diri kita sebagai manusia-makhluk yang sempurna dan mulia ini.

Setiap jari mengandung arti, dan setiap arti memiliki makna. Tidak ada makna melainkan ber-‘hasil-guna’. Telapak-tangan kita dengan kelima jarinya adalah kesempurnaan dalam kesederhanaan. Sempurna dalam fungsi dan sederhana dalam bentuk. Manusia adalah wujud ciptaan teknologi yang Maha canggih, tak ada teknologi yang lebih canggih dari diri manusia itu sendiri.**Ega**

(Tulisan ini merupakan summary dari Buku “INDONESIAN IDIOT, Kenapa Tanya” pada sub-bab Sign of Human’s Bind, hal 43-53; Terbit tahun 2007, karya Pudji Asmanto)

No comments:

Post a Comment