Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta sahabat-sahabat tercintaku
yang insya Alloh tetap mencintai Alloh dan Rosul-Nya diatas segalanya,
karena hanya cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya,
cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandangan
yang berbeda, lebih bermakna dan indah.
Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati para sahabat tercintaku
yang kerap kali terisi oleh cinta selain dari-Nya,
yang mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan
sesuatunya bukan karena-Nya, lalu diruang hatinya yang kelam merasa senang
jika dilihat dan dipuji orang, entah dimana keikhlasannya.
Maka saat merasakan kekecewaan dan kelelahan karena perkara yang dilakukan
tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Alloh SWT tidak pernah
menanyakan hasil, DIA akan melihat kesungguhan dalam berproses.
Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa sahabat-sahabat tercintaku
yang mulai lelah menapaki jalan-Nya ketika seringkali mengeluh,
merasa dibebni bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia.
Padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan
oleh seorang hamba melainkan Alloh SWT akan mengampuni dosa-dosanya.
Surat ini kutujukan untuk roh-ku dan roh sahabat-sahabat tercintaku
yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiarkan fitrahnya
tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu dimanakah kejujuran diletakkan ?
dan kini ter abai lah sudah nurani yang bersih, saat ibadah hanyalah sebagai
rutinitas belaka, saat jasmani dan pikiran disibukkan oleh dunia,
saat wajah menampakkan kebahagiaan yang penuh kepalsuan,
coba lihat disana…! Hatimu menangis dan merana kah ?
Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri sahabat-sahabat tercintaku yang sombong,
yang terkadang bangga pada dirinya sendiri.
Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapan-Nya selain ketakwaan.
Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati,
namun kita masih bergelut terus dengan kefanaan.
Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati sahabat-sahabat tercintaku yang mulai mati,
saat tiada getar ketika asma Alloh SWT disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan
berlalu begitu saja, saat tiada rasa takut kepada-Nya ketika maksiat dilakukan,
dan tiada merasa berdosa ketika menzholimi diri sendiri dan orang lain.
Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki ‘cahaya’ meskipun sedikit,
jangan biarkan ‘cahaya’ itu padam.
Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling,
memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari-Nya.
“Ya Alloh yang Maha Membolak balikkan hati, tetapkanlah hati ini pada agama-Mu,
pada taat kepada-Mu dan dakwah dijalan-Mu.”
Tag On : Artikel islami; Renungan.
No comments:
Post a Comment